heehoon
cw : bxb, mlm, fantasy, human x hybrid, explicit sex, mention penis
Dont forget give me a feedback, happy reading!
Semburat jingga menghiasi langit sore dari ujung kanan hingga kiri perlahan memudar dibarengi tenggelamnya sang mentari di ujung barat.
Heeseung dengan gelisah memacu kendaraan roda empat di bawah cakrawala yang menghitam tanda petang telah tiba.
Dalam hati meruntukin dirinya yang mengiyakan ajakan senior di kantor untuk berbincang mengenai rapat untuk minggu depan padahal dia sudah janji akan pulang tepat waktu kepada Sunghoon.
“Sunghoon marah ga, ya?”
Jemarinya mengetuk stir mobil tak sabaran. Macet. Jalanan penuh sesak mobil yang mengular panjang. Sesekali matanya mencuri pandang jikalau Sunghoon menghubungi.
Suara klakson bersahutan saat lampu merah berubah hijau selama 30 detik saja, tak sabaran. Heeseung menggerakkan persneling lalu menekan gas agar mobil bergerak maju membelah jalanan kota.
Bangunan menjulang tinggi dengan sebuah nama apartemen terpampang 100 meter tak jauh dari jarak pandang, mobilnya masuk ke arah basement tempat parkir.
Kakinya bergerak cepat, setiap langkahnya berdoa agar kekasihnya tak marah kepadanya saat sampai di unit milik mereka berdua. Matanya dengan jelas melihat langit sepenuhnya telah berubah menjadi gelap.
Gugup, jantungnya memompa darahnya lebih cepat dari biasanya menciptakan adrenalin dalam tubuhnya. Tangannya dengan mantap membuka pintu ketika sandi yang ia masukan telah benar.
Gelap gulita.
Heeseung sedikit panik. Matanya menyelusuri, mencari Sunghoon tak lupa diikuti bibirnya yang memanggil nama sang kekasih.
“Sunghoon?”
Lampu menyala, sinarnya memenuhi ruangan. Heeseung menutup korden jendela yang masih setengah terbuka. Langkah kakinya berakhir pada pintu kamar yang tak sepenuhnya tertutup.
“Sunghoon?” panggilnya sekali lagi untuk memastikan.
Suara kecil, lemah terbata memasuki gendang telinga Heeseung, “Hee– kak hee?”
Dengan cepat tangan Heeseung mendorong pintu dan menekan tombol sakelar lampu. Di atas kasur, Sunghoon terbaring setengah telanjang dengan dikelilingi baju milik Heeseung.
“Sayang?”
“Kak, sakit...”
Telinga Sunghoon bergerak gelisah, hidungnya mengendus bau Heeseung yang tertinggal pada potongan baju—berharap bisa membantunya sedikit mengurangi sakit saat heat.
Perlahan Heeseung menghampiri, duduk di pinggirannya. Memeluk cintanya dengan sayang, sesekali memberi kecupan di puncak kepala.
“Maaf. Maaf ya, sayang? Maaf kakak pulang telat ga ngabarin dulu. Mau kakak bantu?”
Sunghoon menggeleng kemudian mengangguk di dalam pelukan. Heeseung dengan telaten mendudukkan Sunghoonnya di kedua paha, lebih tepatnya memangku. Tangan kiri mengelus pipi, memberi stimulasi kepada Sunghoon sedangkan tangan yang lain membelai kemaluan.
“Anhh—”
Kepala Sunghoon dengan rakus bergerak, menggesekkan pipinya pada telapak tangan Sunghoon. Kedua tangannya merangkul leher, diikuti kakinya melingkar dengan apik di pinggang Heeseung.
Tangan Heeseung bergerak dengan konstan naik turun memberi kenikmatan. Bibirnya mencumbu bibir lelaki setengah anjing di hadapannya. Melumat, menggigit, menjilati, mengisap hingga bengkak berkilau karena liur keduanya tercampur.
Setelah puas dengan bibir Sunghoon, mengecupnya sekali sebelum berpindah pada leher putih jenjang milik sang kekasih. Kecupan ringan sebagai pembukaan kemudian basah liur bisa Sunghoon rasakan saat lidah Heeseung menjilati lehernya. Tak lama setelahnya yang ia tahu lehernya sudah penuh dengan warna merah-keunguan.
Pinggangnya bergerak dengan sendirinya, menggesek kulit dengan fabrik celana milik Heeseung. Mencari nikmat. Sebentar lagi ia akan mencapai putihnya. Heeseung seperti paham apa yang diinginkan Sunghoon, jari-jari panjangnya dengan cepat menyiapkan lubang senggama walaupun iya tahu sebenernya tak perlu karena Sunghoon mengeluarkan slick dengan sendirinya ketika bercinta.
Menidurkan badan Sunghoon di atas kasur dengan senyaman mungkin, lalu Heeseung menanggalkan celana bahannya. Memberikan sentuhan sedikit pada kejantanan miliknya hingga sepenuhnya tegang siap memasuki lubang Sunghoon.
Dirinya merangkak di atas Sunghoon yang terbaring, melebarkan kakinya—menuntun agar Sunghoon melingkarkan kakinya pada pinggang. Kepalanya menunduk, mencium kening Sunghoon cukup lama sebelum mencium kembali bibir Sunghoon.
Tangannya di bawah sana mengarahkan penis miliknya agar masuk ke dalam lubang. Melakukan penyatuan di antara keduanya, pinggangnya mendorong penisnya masuk lebih dalam. Membuat Sunghoon membusungkan dada akibat tusukan mendadak yang Heeseung berikan.
“Ahh— nnh anhh.”
Dari atas sini Heeseung bisa melihat kekasihnya yang mendesah keenakan dengan mata setengah tertutup.
“Cantik.”
Kekehan keluar dari belah bibir milik Heeseung saat melihat pipi kekasihnya mengeluarkan semburat merah. Sunghoon dengan cepat menutupinya dengan lengan.
“Diem.”
“Aku sayang kamu juga.”
Setiap sentuhan yang Heeseung berikan, membuat Sunghoon kepayahan. Dirinya sudah diambang batas, surga dunia yang Heeseung berikan membuatnya lupa akal sehat.
Ketika kejantanan Heeseung dengan telak menusuk masuk dalam mengenai titik, dirinya mengeluarkan putihnya. Menyebur mengotori perut dan dada.
“Mnhh– sayang hh.”
Heeseung mengerang ketika penisnya diremas kuat saat pelepasan sang kekasih. Tangannya terjulur untuk menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantik milik Sunghoon.
“Breathe.”
Dada Sunghoon mulai bergerak dengan teratur kembali setelah mengumpulkan potongan kewarasan miliknya. Matanya perlahan terbuka, maniknya langsung bersirobok dengan Heeseung.
“Ayo lanjutin lagi, kak.”
Heeseung mengangguk, melanjutkan kegiatan intim di antar keduanya. Kali ini dengan tempo yang lebih cepat dan berantakan. Pinggangnya bergerak maju mundur tanpa jeda hingga penis Sunghoon kembali tegak menegang menggesek perut Heeseung yang masih terbalut kemeja.
Desahan semaki vokal keluar dar bibir Sunghoon saat lidah Heeseung bermain di kedua puting miliknya. Badannya bergetar karena diberi stimulus terlalu banyak, bahkan Sunghoon sulit merasakan kedua kakinya saking dibuat lemas oleh Heeseung.
Bisa ia rasakan penis milik Heeseung yang mulai membesar, mengisi penuh setiap sudut rektumnya. Kemudian cairan hangat menyembur keluar memenuhi bagian selatan disusul dirinya juga mencapai puncak untuk kedua kalinya.
Heeseung menjatuhkan badannya di samping Sunghoon, memeluknya erat. Tangan kanannya sebagai bantalan, tangan kirinya mengelus punggung.
“Makasih sayang, nanti kakak bersihin semuanya. Kamu tidur aja dulu.”
“No. Aku yang makasih udah dibantu sama kakak.”
“Berarti kita sama-sama terima kasih kalo gitu.”
Sunghoon mengangguk setuju sebelum kedua matanya terpejam karena kelelahan akibat aktivitas tadi. Senyum Heeseung tak luntur dari bibirnya saat menuduk memperhatikan sang kekasih. Satu kecupan dia daratkan di atas kening Sunghoon.