Tandain yang penting

take a note : Sunoo dan Jungwon seumuran di sini.


Karpet bulu di lantai yang luas menyapa bongkahan pantat milikku. Duduk di atasnya yang lembut juga hangat, tangannya mengelus bulunya karena penasaran. Mataku menjelajahi ruangan—kamar Sunoo, didominasi warna hitam, tak semua tapi aku tahu kalau dia sangat menyukai warna hitam.

Pemilik kamar kembali membawa nampan berisi dua gelas minuman yang aku tebak itu orange juice dan beberapa camilan. Bibirku membulat, membuat bentuk huruf o kecil, soalnya camilannya banyak sekali.

“Banyak banget?” tanyaku.

“Biar ga bolak-balik, mager gue.”

Aku mengangguk mendengar jawabannya. Tanganku mengambil gelas di atas nampan, menyesap sedikit minuman dari sana sebelum fokus pada tujuan awal aku di sini—mengerjakan tugas.

Beberapa lembar kertas berserakan, buku-buku terbuka pada halaman tertentu. Aku fokus pada layar laptop mengetik, menyusun kata di sana.

“Udah!” seruku riang, “terus lanjutannya ada di kertas ini,” sambil memberikan lembaran kertas kepada Sunoo.

“Tandain yang penting sampai poin ke 4, nanti—”

Ada sesuatu yang basah menggores punggung tangan, mataku bergerak cepat untuk memeriksa. Coretan berwarna hijau neon dari stabilo, tak terlalu panjang terdapat di sana. Pipiku memanas dan berubah menjadi kemerahan karena salah tingkah.

“Gemes.”

Satu kata, lima huruf serta kekehan mengikuti membuat diriku ingin menghilang dari muka bumi dan bersembunyi saat ini juga. Astaga, Kim Sunoo sangat tidak baik untuk kesehatan jantungku.

“Yang Jungwon... Mau jadi pacar gue?”